Mungkin kau juga tau itu, kekasih. Saat dulu kita bersama dalam sebuah himpunan matematika, sebut saja begitu, aku selalu berada dalam urutan jauh di belakangmu, mungkin, aku tak yakin. Entah mana yang terdepan dalam sebuah urutan angka, yang terbesar atau yang terkecil?! ah iya, sekarang aku jadi bingung apakah sebenarnya dulu aku yang di belakangmu atau kau yang di depanku. Tapi sekarang sudah tak penting juga, kita berada dalam himpunan berbeda.Dan entah sekarang aku berada di sebelah mana mu.
Aku selalu memiliki masalah bila harus berhubungan dengan angka, entahlah. Sekarangpun aku tak pernah dipercaya untuk sekedar mengajar anak kelas satu SD berhitung matematika atau sekedar mengurut angka, “1..2..4..5..6..7..”, salah katanya?! lalu kuhitung mundur, “7..6..5..4..2..1..”, masih salah katanya?! ah, entah siapa yang bodoh, padahal aku lebih berpengalaman dalam angka dibanding anak SD. Dasar anak SD sok tau! Kadang aku ingin jitak kepala mereka bila sudah begitu.
Karena tak pandai dalam angka sepertinya aku tak pandai berhitung juga, karena itu aku tak akan pernah bisa menjadi seorang padagang sayur, pedagang baju bayi, pedagang tanah, pedagang mobil atau apapun itu yang selalu akan memerlukan perhitungan. Tidak dapat diragukan, bahkan dalam bulan pertamapun usahaku akan rugi dan tidak menguntungkan. Kasihan. Tapi memang begitulah aku, tak pandai dalam hitung menghitung, tak pandai juga membuat perhitungan. Bahkan bila mungkin suatu saat aku menjadi pedagang cintapun akan seperti itu, tidak hitung menghitung, tidak mengenal perhitungan. Mungkin aku akan rugi, mungkin tak akan pernah untung. Ah iya, apa untuk cintapun aku harus perhitungkan untung dan rugi?! tapi aku kan memang bodoh dalam perhitungan, wajarlah bila aku tak mengenal keuntungan atau kerugian.
Sepertinya aku memang tak pernah pandai dalam angka, bila ada angka yang harus kuhapal pasti akan kulupakan hanya dalam tiga menit. Aku tak pernah bisa menghapal angka, karena itu bila memang penting aku selalu menulisnya di tempat seperlunya. Mudah-mudahan saja aku juga tidak salah saat menuliskannya. Karena terkadang aku salah, saat seharusnya menulis 3 tapi kutulis 2, seharusnya menulis 1 malah kutulis 2, ah entah, mungkin aku memang suka angka 2. Eh, 2 itu seberapa, kekasih?! pasti terasa besar sekali, sepertinya.
Kadang juga aku lupa di mana kutulis angka yang pernah kutulis itu, atau tempat aku menulisnya hilang entah kemana, tentu saja bila begitu angkanya aku akan lupa. Aku selalu menuliskan angka yang tak ingin kulupa, seperti semua angka yang berhubungan denganmu, atau semua angka tentang kita dulu. Agar aku tak lupa di mana menulisnya atau kehilangan tempat menulisnya, maka sengaja kutulis di balik kelopak mata, tiap kali memejamkan mata, aku melihatnya. Seperti juga angka tanggal hari ini, karena aku tak pandai menulis angka, maka kutulis di balik kelopak mata dengan kata-kata, tujuh Oktober, kau sudah lupa?!